Dampak PCOS
Dipublikasikan pada 20 Sep 2025 oleh Admin PKM RSH SYNOA dalam Materi

1. Kecemasan dan Kualitas Hidup
Dampak Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) terhadap kecemasan dan kualitas hidup dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan hormonal yang dialami penderita PCOS, seperti peningkatan kadar androgen dan resistensi insulin, sering memicu gejala fisik seperti jerawat, hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebih), peningkatan berat badan, dan gangguan siklus menstruasi. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri, citra tubuh negatif, serta tekanan emosional yang berujung pada meningkatnya risiko kecemasan.
2. Strategi Koping dan Isolasi
Gejala dirasakan berat atau tidak terkendali, sebagian penderita mungkin mengembangkan strategi koping yang kurang adaptif, seperti menghindari interaksi sosial atau menarik diri dari lingkungan sekitar. Hal ini dapat berujung pada isolasi sosial, yang memperburuk perasaan kesepian, depresi, dan kecemasan. Isolasi juga dapat menghambat penderita dalam mendapatkan dukungan yang dibutuhkan, sehingga memperlambat proses adaptasi dan perbaikan kualitas hidup. Oleh karena itu, pemahaman tentang strategi koping yang efektif serta upaya mencegah isolasi menjadi penting dalam manajemen PCOS secara komprehensif.
3. Resiko Kardiovaskular dan Metabolik
Dampak Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) terhadap risiko kardiovaskular dan metabolik berkaitan erat dengan kelainan hormonal dan metabolik yang mendasarinya. Penderita PCOS umumnya mengalami resistensi insulin dan hiperinsulinemia, yang memicu peningkatan kadar glukosa darah dan berkontribusi pada perkembangan diabetes melitus tipe 2. Selain itu, kadar androgen yang tinggi dapat memperburuk distribusi lemak tubuh, terutama pada area abdominal, sehingga meningkatkan risiko obesitas sentral—salah satu faktor utama sindrom metabolik.
4. Gangguan Reproduktif dan Fertilitas
Dampak Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) terhadap gangguan reproduktif dan fertilitas sangat signifikan karena sindrom ini memengaruhi proses ovulasi dan fungsi hormonal secara langsung. PCOS ditandai oleh gangguan ovulasi (oligoovulasi atau anovulasi) akibat ketidakseimbangan hormon gonadotropin, terutama peningkatan rasio LH/FSH serta tingginya kadar androgen. Kondisi ini mengganggu pematangan folikel ovarium, sehingga sel telur tidak dilepaskan secara teratur atau bahkan sama sekali tidak terjadi ovulasi. Gangguan ovulasi ini menyebabkan menstruasi tidak teratur (oligomenore) atau tidak menstruasi sama sekali (amenore), yang menjadi salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita usia reproduktif dengan PCOS.
Dampak psikologis dari gangguan kesuburan ini sering kali memicu stres, kecemasan, dan menurunnya kualitas hidup, terutama bagi mereka yang sedang merencanakan kehamilan. Oleh karena itu, penanganan PCOS tidak hanya difokuskan pada pengaturan siklus menstruasi dan pengendalian gejala fisik, tetapi juga pada strategi peningkatan fertilitas, seperti terapi induksi ovulasi, manajemen berat badan, dan perbaikan gaya hidup.